Naila Conita
Thu, Dec 19, 2013 at 11:45 PM
selamat malam pak,
saya ingin tau pendapat bapak. saya lagi bingung mungkin bapak mau membantu kebingungan saya. saya mahasiswi DKV semster 7. rencananya saya mau lanjut kuliah S2. menurut Bapak, apakah perlu seorang desainer melanjutkan studinya ke jenjang yang lebih tinggi? kalau misalnya lanjut studi keluar negeri bagaimana ya pak prospek kedepannya? bagaimana gambaran desainer lulusan luar negeri yang bekerja di Indonesia?
mohon pencerahannya ya pak. saya sangat berterima kasih bila Bapak mau memberi pengarahan kepada saya.
terima kasih
Surianto Rustan
Thu, Jan 16, 2014 at 9:54 PM
Ini saya jawab menurut opini saya pribadi ya,
ada beberapa poin yg bisa dijadikan pertimbangan:
1. S2 kata kuncinya adalah: riset & penelitian. di kuliah S2 kita akan belajar membedah suatu hal sampai sedetil-detilnya, misal: membedah sebuah iklan dari segi elemen2 & prinsip2 desain yg digunakan hingga ke bagian2 terkecilnya, huruf, warna, gambar, bidang, garis, poin, dll. bisa juga pembedahan sampai seluas2nya, misal: iklan tsb dikaitkan / dihubungkan dengan berbagai bidang tidak hanya yg sifatnya komunikasi visual, tp jg ekonomi, teknologi, sosial, budaya, politik, pendidikan, dll
semua pembedahan itu untuk mendapatkan pengetahuan tentang apa/siapa sebetulnya obyek yg diteliti itu.
manfaat yg sy peroleh dr kegiatan meneliti yg terus2an ini adlh: belajar berpikir konstruktif, tidak acak2an. lebih tepatnya: belajar menata pemikiran.
setelah berpikir konstruktif, kt jg dituntut utk belajar menerangkan pemikiran tsb dlm rupa tulisan & presentasi.
kegiatan ini sama sekali tidak mudah dan butuh latihan terus-menerus.
2. kemampuan menata pemikiran dan menerangkannya ke org lain (yg diterangkan di atas) memang betul bermanfaat bukan hanya bagi desainer, tapi bagi siapapun.
– kalau kelak profesi yg direncanakan adalah di dunia akademis, tentu ini sangat pas, karena para pengajar/dosen selain memang hrs mendidik siswanya utk berpikir kritis juga dituntut utk melakukan penelitian utk pengembangan ilmu yg ditekuninya. maka memang sangat dianjurkan utk sekolah magister (S2), doktor (S3), profesor, guru besar.
– kalau rencana profesinya bukan di dunia akademis, melainkan di dunia industri desain, maka kita akan berhadapan dengan kenyataan yg kurang menguntungkan, akibat timpangnya kebijakan pemerintah dlm mengelola pembangunan yg terlalu meitikberatkan pada bidang ekonomi saja. padahal desain tidak hanya ekonomis, melainkan bisa sarat manfaat2 lain, misalnya manfaat sosial, budaya, pendidikan, politik, dll. nah masyarakat yg sdh terlanjur ‘terdidik’ oleh pandangan sempit bhw desain = ekonomis, tidak peduli proses, tidak peduli penelitian, maunya instan, murah, gampang.
materi2 yg diajarkan di S2 jadi terlihat tidak aktual kalau melihat kondisi / kenyataan di pasar, krn pasar maunya tidak usah penelitian2, kalau bisa langsung jadi desain yg bagus saja.
walaupun penelitian2 yg diajarkan di S2 itu penting, namun menurut saya itu tidak krusial dalam menjawab tantangan pasar di dunia nyata.
mengenai studi ke luar negeri, saya kurang tau prospek kedepannya, yang saya tau perjuangannya akan jauh lebih berat drpd studi di dlm negeri. krn selain belajar ilmunya, juga belajar hidup di negeri asing.
kalau melihat penghargaan thd desain, masyarakat di eropa dan amerika, nampaknya lebih tinggi apresiasinya drpd di Indonesia.
masalah keberhasilan, yg didikan luar negeri ato didikan dlm negeri, semua sgt tergantung individu ybs, bukan tergantung pendidikannya luar atau dalam.
krn setau sy ada juga didikan luar negeri yg ‘mendem’, dan banyak juga didikan dalam negeri yg justru terkenal di manca negara krn prestasinya
jd prospek ini kurang bijak kalau digeneralisasi, harusnya personal saja. lagi pula tidak bisa dipandang secara kuantitatif saja, kalau ternyata secara kualitatif buruk.
(berikut ini tambahan opini saya pribadi)
ke luar negeri itu suatu keharusan bagi siapapun tiap orang Indonesia baik dalam rangka studi, maupun bekerja (yg penting bukan dalam rangka jalan2/tamasya).
mengapa? karena belajar / bekerja di luar negeri itu bukan hanya hard skill (ilmunya) yg dilatih, tapi yg lbh penting adalah soft skill (pola pikir, perasaan, mental, moral, sikap & tingkah laku, dll).
saya pernah beberapa bulan bekerja di Singapura, dalam waktu yg singkat itu (dan bahkan di negara yg tidak jauh), pola pikir saya telah berubah total, mengenai rasialisme, mengenai agama, mengenai spiritualitas, mengenai pertemanan, mengenai bekerja, mengenai hidup)
tapi semua sangat tergantung individu ybs., kl ybs tau bersyukur atas kesempatan yg diberikan Tuhan, maka kemungkinan besar ia akan berhasil 2-2nya, hard skill & soft skill
Sementara sekian dulu Naila, smg ga jd tambah binun
One Reply to “Apa perlu desainer studi S2? Gmn prospek studi desain di luar negeri? Gmn lulusan luar negeri yg krj di Indonesia?”