1. Apa itu desain GRAFIS?
Bila pertanyaan ini diajukan pada tahun 1900an awal, jawabannya akan jauh lebih sederhana dibandingkan tahun 2011 (sekarang). Menjawab pertanyaan itu pada saat ini harus dilihat dari berbagai dimensi dan sifatnya conditional (tergantung dari siapa, kapan, di mana, dll):
1. Umum, 2. Personal, 3. Orang di level tertentu, di tempat tertentu, di waktu tertentu.
Umum: ini saya ambil dari tulisan saya di www.dgi-indonesia.com/bukamata, di situ ada 3 artikel, silahkan download PDF-nya dan menyebarluaskannya kepada siapapun, agar makin banyak orang mengenal apa itu desain grafis.
Wujud-wujud desain grafis dapat dengan mudah ditemui di mana-mana. Brosur, surat kabar, surat-surat tagihan, kartu kredit, tagihan listrik, uang, halaman Facebook, twitter, di BB, di iPad, iklan majalah, billboard, rambu lalu lintas, logo, pada papan nama restoran, pada bungkus permen, pada kartu nama, dan lain-lain, semua itu adalah wujud desain grafis yang sering dijumpai. Kalau diperhatikan, rata-rata diterapkan dalam bidang datar (dua dimensi).
Semua benda itu fungsinya untuk berkomunikasi,
menyampaikan identitas dan pesan dari suatu pihak ke pihak lainnya.
Contohnya sebuah billboard berisi Iklan sepeda motor, bertujuan untuk:
menyampaikan identitas dan pesan ajakan dari si produsen kepada masyarakat: “ayo beli motor ini, gesit, irit”.
Supaya dapat ditangkap lebih cepat dan tepat oleh target audience, maka pesan-pesan yang berupa teks, gambar, foto, maupun elemen lainnya itu diberi identitas, ditata letaknya, diberi warna dan atribut lain yang menarik perhatian.
Itulah desain grafis.
Personal: ini istilah desain secara pribadi dari orang-orang yang telah berkecimpung dalam dunia desain. Beberapa contoh:
“Desain menciptakan kebudayaan, kebudayaan menciptakan nilai, nilai menentukan masa depan. Oleh karena itu desain bertanggung jawab atas dunia yang akan ditempati anak cucu kita” – Robert L. Peters. “Design is directed toward human beings. To design is to solve human problems by identifying them and executing the best solution.” – Ivan Chermayeff.
Dan banyak sekali desainer yang mendefinisikan desain berdasarkan opini dan pengalaman pribadi mereka.
Orang di level tertentu, di tempat tertentu, di waktu tertentu: jawaban tentang ‘apa itu desain grafis’ untuk seorang awam (lihat jawaban Umum di atas), seorang mahasiswa, seorang desainer profesional, seorang di Jakarta, seorang di Papua, seorang di tahun 1970, seorang di tahun 2050, semua memerlukan jawaban yang berbeda.
2. Menurut bapak / ibu desain GRAFIS yang baik itu seperti apa? Mengapa?
Desain grafis yang baik itu: memenuhi persyaratan sbb:
– persyaratan marketing & ekonomis: menjawab kebutuhan klien dan masyarakat
– persyaratan desain grafis itu sendiri: ada riset, kedalaman konsep, menggunakan cara kerja yang benar, ada eksplorasi, estetis & harmony, kreatif, unity
– persyaratan sustainability: tidak membohongi orang, tidak merusak masyarakat serta lingkungan, ada pendidikan bagi klien & masyarakat.
Mengapa? Karena desain grafis itu tidak sekedar jualan lewat visual, harus dipahami bahwa desain grafis adalah media komunikasi yang sangat powerful untuk mempengaruhi massa (lihat branding Barrack Obama), otomatis desainernya -sebagai orang yang sangat powerful – punya tanggung jawab besar terhadap masyarakat dan lingkungan alamnya. Ingat quotation dari film Spiderman? “With great power, comes great responsibility”.
3. Bapak / ibu menilai desain GRAFIS dari segiapa? Dan kenapa?
Ya itu tadi di atas.
4. Menurut bapak / ibu desain GRAFIS yang buruk seperti apa? Mengapa?
Yang tidak memenuhi persyaratan pada jawaban nomor 1 di atas
5. Apakah desain GRAFIS yang disukai masyarakat merupakan desain yang baik? Mengapa?
Belum tentu. Mungkin ia memenuhi persyaratan marketing & ekonomis, tapi bagaimana dengan persyaratan desain grafis itu sendiri, dan persyaratan sustainability?
Pilih mana:
– ikut maunya masyarakat, atau:
– masyarakat yang ikut kita
Saya berpikir, penjajahan di negeri ini sebetulnya terus berlangsung sampai sekarang, oleh siapa? Oleh bangsa sendiri, oleh para pemilik & pengelola media massa: stasiun TV, perusahaan film, dll. karena tujuannya hanya uang saja sehingga pilih ikut maunya masyarakat, contohnya banyaknya film bertema pocong. Coba kalau orang2 yang punya power tsb (para pemilik media) mau kompak memenuhi syarat sustainability, saya yakin secara berangsur-angsur penyakit2 di masyarakat akan sembuh.
Tidak jauh berbeda dengan para desainer grafis yang turut andil dalam penjajahan tsb, meng-iya-kan saja maunya klien untuk berbohong, lewat iklan yang suka meniru, desain yang murahan, menjerumuskan dan tidak mendidik, dll.
6. Apakah mungkin hasil desain GRAFIS orang awam bisa lebih baik dibanding profesional? Jika iya, apakah itu berarti tingkat pendidikan tidak mempengaruhi hasil desain GRAFIS?
Lebih baik dalam hal apa? Kalau hanya tampak indah secara visual (fisik) saja dan jago dalam penggunaan tools (softwares) mungkin orang awam bisa, tapi masalahnya yang seperti itu bukan desain grafis tapi dekorasi (make-up), (saya sarankan baca: www.dgi-indonesia.com/7-mitos-fakta-desain-grafis/Desain grafis, supaya lebih paham perbedaan antara: apa itu desain grafis dan apa itu dekorasi). Sedangkan desain grafis itu selain memperindah juga punya fungsi: menyampaikan pesan dan identitas. Tujuannya untuk menjual, memberi informasi, menanamkan citra ke benak konsumen, dan lain-lain. Nah yang seperti ini pastinya butuh riset, analisa, cari strategi, dll. Nah keahlian riset, analisa, strategi, dll ini yang mungkin tidak dimiliki oleh awam. Jadi jelas tingkat pendidikan pastinya mempengaruhi hasil desain grafis.
7. Apakah pendapat masyarakat awam tentang suatu desain GRAFIS dapat mengubah nilai desain GRAFIS tersebut?
Maaf tapi saya tidak mengerti maxud pertanyaan ini. Mohon dijelaskan lebih detil dulu.
8. Bagaimana standar desain GRAFIS di Indonesia menurut bapak / ibu?
Bukan maksud saya untuk merendahkan orang lain, tetapi faktanya di Indonesia banyak orang yang menyebut dirinya ‘desainer grafis’, entah apa pekerjaan maupun latar belakangnya. Nah kaum awam yang menyebut dirinya ‘desainer grafis’ ini mungkin minim pengetahuannya tentang ilmu desain grafis dan value seorang desainer grafis. Boro-boro bicara tentang sustainability, rakyat kita masih banyak yang hidup di bawah garis kemiskinan, maka pikiran pertama mereka adalah perut dulu, kualitas desain belakangan. Hasilnya: tercipta banyak kelas2 desainer grafis di sini, mau yang harga serba 20ribuan ada, yang serba 500ribuan ada, yang medium dan high class juga ada.
9. Apakah selera masyarakat mempengaruhi hasil dan nilai desain GRAFIS di Indonesia?
Sangat tergantung para desainernya. Kalau pribadi kita masing2 menilai diri kita sendiri sebagai murahan dan berprinsip ‘ikut kemauan masyarakat’ (lihat jawaban nomor 5), sangat besar kemungkinan jawabannya Ya. Tapi kalau kita mau kompak dan terus berjuang mendidik masyarakat tentang apa itu desain grafis & siapa itu desainer grafis (diri kita) dan mematok diri kita dengan standar yang tinggi (bukan cuma harga, tapi: cara kerja, kecerdasan, wawasan, keilmuan, taste, sense, dll), maka kita bisa mengubah keadaan tsb menjadi: masyarakat yang ikut kita > standar desain grafis di Indonesia menjadi tinggi dan memiliki martabat yang layak.
10. Apa pendapat tentang desain GRAFIS yang menurut bapak / ibu buruk tapi disukai masyarakat?
Buruk dari segi apa? Visual semata? Unity? Kedalaman konsep? Maaf, belum jelas pertanyaannya
11. Apakah desain GRAFIS yang baik harus memenuhi prinsip-prinsip desain GRAFIS? Jika iya, desain GRAFIS macam apa yang lebih diprioritaskan?
a. Desain GRAFIS yang diterima masyarakat
atau
b. Desain GRAFIS yang memenuhi prinsip-prinsip desain GRAFIS?
Anda harus mengerti dulu bahwa penilaian terhadap desain tidak hanya pemenuhan persyaratan desain grafis itu sendiri (lihat jawaban no.2) tapi lebih dari itu, ada persyaratan ekonomis, dan persyaratan sustainability. Desain grafis yang baik tentunya yang mencapai persyaratan sustainability, selain ekonomis dan persyaratan desain grafis itu sendiri.