Penulis: Surianto Rustan

Beberapa tahun lalu, di kalangan desainer font di marketplace muncul istilah Brutalisme & Anti Design. Ada yang mengartikannya sebagai gaya font yang brutal, tak pakai aturan, dan mencampuradukkan keduanya. Apa sesungguhnya Brutalisme & Anti Design itu?
SEJARAH BRUTALISME & ANTI DESIGN
Brutalisme adalah bagian dari gerakan Modernisme di bidang arsitektur yang muncul tahun 1950-an di Inggris. Cirinya: dinding luar bangunan dari beton ekspos mentah berbentuk blok persegi, besar & berat. Berkesan apa adanya, tanpa hiasan, jauh dari kesan hangat & berbudaya.
Brutalisme tidak berarti brutal/kejam, tapi berasal dari kata Perancis “Brut” yang berarti mentah. Arsitek Hans Asplund menyebut bangunan seperti itu: “Nybrutalism” (New Brutalism), Le Corbusier menyebutnya “le béton brut” (beton ekspos).


Anti Design adalah gerakan di bidang desain interior & furnitur yang bermula di Italia tahun 1966. Anti Design menyanjung kefanaan budaya pop, konsumerisme & media massa. Ciri-cirinya: lebay, tidak harmonis, untuk menciptakan ironi. Semua ditampilkan berlebihan & tumpang tindih: warna “ngejreng” saling tabrakan, ornamen & dekorasi yang ramai, distorsi ukuran, dll.
Anti Design jangan diartikan serampangan & dibuat asal-asalan, tapi justru didesain khusus untuk menunjukkan konsep & pemikiran Anti Design.


BAGAIMANA BRUTALISME & ANTI DESIGN DI BIDANG DESAIN GRAFIS & TIPOGRAFI?
Faktanya istilah Brutalisme tak ditemukan di buku-buku sejarah desain grafis & tipografi, karena itu gerakan di bidang arsitektur bangunan, bukan visual 2 dimensi.
Sedangkan Anti Design sebetulnya Pop Art, ia nantinya akan menjadi gaya visual 2 dimensi Memphis yang marak di tahun 1980-an.

APAKAH BRUTALISME & ANTI DESIGN BISA DITERAPKAN DALAM DESAIN FONT?
Untuk Brutalisme sangat sulit, karena lebih berpengaruh ke arsitektur bangunan, bukan karya visual 2 dimensi. Font tidak punya material, tekstur & pencahayaan, sedangkan ketiga faktor itu berperan penting untuk menunjukkan konsep asli Brutalisme.
Berbeda dengan gerakan Art Deco misalnya, itu adalah gerakan yang berdampak luas ke berbagai bidang, dari arsitektur hingga seni visual 2 dimensi termasuk tipografi. Peninggalan fisiknya banyak ditemukan, baik berupa tulisan pada poster, nameplate, iklan, dll. Yang seperti ini jelas mudah diinterpretasikan ke dalam bentuk font.
Karena tak ada yang tahu bagaimana sesungguhnya ciri-ciri font dengan konsep Brutalisme, maka desainer & Marketplace menafsirkannya secara brutal & sembarangan, serta memberi tag “brutalism”/”brutalist” ke segala macam font, baik yang bentuknya brutal maupun yang sopan. Ada yang seperti Art Nouveau, Art Deco, Fat Face, Script, Decorative, Monospaced, Serif, Sans Serif, Slab Serif, piksel, dll.

Sedangkan Anti Design jelas-jelas Pop Art, jadi lebih dekat ke visual Memphis tahun 80-an, 2 dimensi & geometris. Sebetulnya sudah ada beberapa font berciri Anti Design, contohnya: Basehead, Modern Art NF, namun tidak di-tag Anti Design atau mungkin si desainer tak menyadarinya.

Tapi justru yang menyebut dirinya Anti Design malah seperti Art Nouveau, tulisan tangan acak-acakan, atau berbasis Sans Serif, rapi & normal. Ini jelas salah kaprah.

KESIMPULAN
Malas riset mengakibatkan:
- kita salah mengartikan, cuma kira-kira saja menurut penafsiran masing-masing.
- bingung yang mana Brutalisme, yang mana Anti Design, berujung mencampuradukkan keduanya.
Atau jangan-jangan cuma strategi marketing, supaya kedengarannya keren & provokatif agar fontnya laku dijual?
Referensi:
https://www.theartstory.org/movement/brutalism/
https://www.thespruce.com/what-is-brutalism-4796578
https://www.widewalls.ch/magazine/anti-design-italian-movement
https://www.oxfordreference.com/display/10.1093/oi/authority.20110803095416737;jsessionid=C73138E85FFBCFDB6C230E9888D07EF2
Kalau mau share konten ini, baik sebagian maupun seluruhnya boleh saja, asal menyertakan nama penulis & referensi. Terima kasih atas pengertiannya.