Selamat malam Pak Rustan,
Nama saya Darwin, saya adalah salah satu mahasiswa UPH yang mengambil jurusan TC (Teachers College). Mungkin bapak pernah mendengar mengenai jurusan ini. Saya ingin berterima kasih kepada Bapak, karena melalui buku kedua Bapak – “Mendesain Logo”, saya menemukan jawaban-jawaban atas pertanyaan-pertanyaan saya pribadi dalam dunia desain, terutama logo.
Iseng-iseng untuk freelance di Deviantart membuat saya masuk dalam dunia yang sangat jauh dengan jurusan yang sedang saya ambil. Saya sangat menikmati proses dimana – sambil belajar cari duit – ini sampai saya sampai dalam satu titik dimana mulai memikirkan desain lebih secara filosofis, bukan hanya praktek belaka. Membaca buku Bapak (terutama di hal -2, -1, 36-40, 116-117) akhirnya mengoyak mata saya sehingga saya dapat melihat bahwa apa yang saya lakukan cukup “ecek-ecek”. Bahkan ide yang saya dapatkan bahwa “Bisa software belum tentu bisa design “- membuat saya lebih banyak belajar.
Meski demikian, dunia desain tetap menjadi misteri bagi saya pribadi. Dan saya sangat menyukainya dan semakin termotivasi untuk lebih banyak belajar. Buku Bapak menjadi batu loncatan bagi saya untuk memahami banyak buku-buku tentang logo di Oentoro sana. Kembali saya mengucapkan terima kasih untuk hal tersebut.
Saya memiliki passion yang sangat besar untuk belajar serius tetapi saya belum memiliki sarana dan wadah yang dapat mendukung saya. Banyak sekali pemikiran-pemikiran yang tidak dapat saya akomodir kepada tujuan yang tepat. Jujur, saya rindu sekali untuk dapat mensharingkan hal-hal tersebut kepada Bapak (i wish we can meet someday). Saya memiliki beberapa pertanyaan:
1. Beberapa saat yang lalu saya diminta untuk membuat logo untuk sebuah Lembaga Bimbingan Belajar. Saya menerapkan “wejangan” yang bapak tuliskan dalam buku Bapak. Hasil final saya memiliki 2 kategori besar logo. Saya lebih menyukai salah satu kategori karena memiliki aspek fleksibilitas dan konsistensi yang cukup tinggi. Sayangnya owner dari lembaga yang baru berdiri ini memilih logo lainnya. Saya merasa agak kecewa. Apakah benar bagi seorang desainer jika ia lebih menyukai salah satu draft logonya? (Saya terkadang berpikir ini dikarenakan saya tidak cukup mematangkan konsep logo yang lainnya)
2. Perlukah (dan sehatkah jika) saya untuk memaksakan diri saya agar membuat logo yang modelnya seperti logo Abricos (jika saya mendapatkan tawaran lagi)? Saya terkadang merasa bahwa diri saya ini masih sempit, karena sebagian besar logo saya adalah logo yang modelnya terdiri dari picture mark dan letter mark.
Sekali lagi saya mengucapkan terima kasih. Saya sangat menghargai respon Bapak atas pertanyaan-pertanyaan diatas.
Salam
Darwin
1. Sah-sah saja apabila seseorang lebih tertarik terhadap sebuah karya yg dibuatnya dibandingkan karya buatannya yg lain, namun perlu diingat bahwa klien juga sangat sayang terhadap lembaga/instansi dimana ia bekerja atau yang ia miliki. Beberapa CEO yang saya kenal menganggap perusahaannya adalah anaknya sendiri. Oleh karena itu dalam memilih tawaran orang lain, ia tidak sembarangan, ia paling kenal anaknya, produk2nya, kebutuhannya, dll. nah ini yg hrs kita pahami, bahwa mungkin desainer paling ahli soal desain, tapi klien paling ahli soal perusahaannya.
2. Apabila kita setuju bahwa syarat logo yang paling utama adalah ‘unik’ – selayaknya wajah manusia yang tidak ada satupun yg sama – maka kita akan sekuat tenaga membuat logo yang lain daripada yang lain. nah, caranya agar bisa demikian adalah banyak lihat, banyak baca, nonton, dll. selain itu sebaiknya membuka diri terhadap sesuatu yg baru, eksplorasi yang belum pernah dijajaki, style baru, warna baru, bentuk2 baru, apapun. agak berbahaya apabila seorang desainer sejak dini sudah berpuas diri dengan style-nya, ini sama saja dengan membangun tembok tinggi di sekeliling dirinya. justru sejak muda sebaiknya jalan2 dulu, karena makin tua kita akan makin malas jalan2 atau tidak kuat lagi 🙂
Demikian,
mohon maaf apabila tidak memuaskan dan ada kata2 yang kurang berkenan yang tidak disengaja.
Surianto.